Mahagoni

Histori

Ide pengembangan MAHAGONI bermula dari studi banding pengelolaan hutan ke Finlandia yang dilaksanakan oleh rombongan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut dipromotori oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, sebagai tindak lanjut dari MOU antara Kementerian LHK Indonesia dengan Kementerian Agrikultur dan Kehutanan Finlandia. Salah satu peserta rombongan adalah Beni Raharjo yang merupakan pendiri dan juga menangani R&D di Mahagoni.

Salah satu kunci keberhasilan pengelolaan hutan Finlandia adalah nilai hutan yang kompetitif dibandingkan dengan penutupan/penggunaan lain, sehingga tanpa diminta pun pemilik lahan privat cenderung menjadikan lahan milik sebagai hutan karena nilainya yang relatif tinggi dibandingkan dengan penggunaan lain (kebun, pertanian, dsb). Nilai hutan yang tinggi tidak terlepas dari pemanfaatan kayu yang intensif dengan sentuhan teknologi dan inovasi.

Memetik nilai-nilai yang diperoleh dari kunjungan tersebut, Beni Raharjo mulai mengembangkan ide untuk dapat mempromosikan kayu untuk aksesoris/perhiasan yang dikombinasikan dengan bahan lain yaitu resin, kulit, kertas, dan sebagainya. Unsur kayu dalam ide pengembangan MAHAGONI sangat dominan, apa pun bahan penyertanya maka kayu merupakan unsur utama. Kayu yang dijadikan bahan baku adalah kayu sisa/limbah sehingga diharapkan dapat mempromosikan circular economy dalam pemanfaatan hasil hutan kayu.

MAHAGONI pun akhirnya didirikan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggandeng Ikatan Alumni Sekolah Kehutanan Menengah Atas (IKA SKMA) Pengurus Daerah Sulawesi Tenggara dan dibina oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara.


Nama MAHAGONI berasal dari spesies tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni) yang dalam bahasa inggris disebut dengan mahogany yang banyak tumbuh di Indonesia. Pada awal mula pengembangan MAHAGONI, kami memiliki banyak kayu mahoni yang berasal dari penebangan pohon di depan kantor BPDAS Sampara. Dengan kondisi saat itu workshop yang sangat kecil, kayu mahoni bergelimpangan di sana-sini sehingga kayu ini memiliki histori yang panjang dengan pengembangan MAHONI.

Produk yang kami buat adalah rupa-rupa produk seni dan jewelry dengan bahan utama kayu yang dikombinasikan dengan bahan lain yaitu resin dan kulit. Kami memfokuskan diri untuk menggunakan bahan kayu dari limbah industri. Hal ini didukung oleh industri-industri kayu di kabupaten konawe dan konawe selatan dengan jenis-jenis kayu jati, kayu mahoni, jati putih, dan jenis lainnya.

Value yang kami usung adalah circular economy dan cooperation. Pemanfaatan limbah kayu untuk digunakan sebagai bahan baku woodart dan jewelry merupakan bagian dari gerakan global circular economy untuk mengurangi limbah dan menjadikannya lebih bermanfaat. hal ini tidak saja memberikan aspek positif untuk memberdayakan kayu limbah tetapi juga bagian dari tanggung jawab moral kita terhadap sumber daya hutan agar sekecil apa pun hasil hutan dapat termanfaatkan termasuk limbah. Value kedua adalah cooperation yang sangat penting untuk mendukung Mahagoni. Keterlibatan stakeholder dari pemerintah (Dinas Kehutanan, KPH dan UPT Kementerian LHK), serta stakeholder perorangan/dunia usaha merupakan kunci sukses yang kami usung.

Tujuan besar kami adalah meningkatkan nilai kayu dan hutan sehingga nilai hutan di mata masyarakat dapat meningkat. Harapan besarnya adalah akan semakin banyak masyarakat yang lebih memilih penggunaan lahan hutan (pohon-pohon) dibandingkan dengan penggunaan lahan lain seperti kebun atau dibiarkan kosong. Meningkatnya nilai hutan secara finansial (tidak saja secara ekonomi) merupakan faktor pendorong utama untuk kelestarian hutan itu sendiri. 

Saat ini Mahagoni masih dalam fase pengembangan dan berbenah. InsyaAllah kami akan soft-launching pada tanggal 29 Oktober 2021 dan grand launching pada tanggal 10 Januari 2022.

Tidak ada komentar

Posting Komentar